Proyek percepatan mobilitas penumpang dan barang dari ibu kota negara ke ujung timur Pulau Jawa itu pun diyakini bisa lebih ekonomis lantaran hanya butuh investasi Rp15 triliun, atau setara dengan 22% dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Proyek sepanjang 750 kilometer tersebut harus memberi porsi yang besar bagi BUMN perkeretaapian dan tidak mengabaikan rencana pembangunan jalur kereta api di pulau besar lainnya di Indonesia.
"Revitalisasi rute Jakarta-Surabaya dengan kereta berkecepatan sedang diperlukan karena bakal memberi manfaat ekonomi yang besar untuk mempercepat angkutan penumpang dan barang dari 8-9 jam menjadi 5 jam," ujar pengamat kebijakan publik Agus Pambagio kepada Media Indonesia, kemarin.
Moda transportasi itu dinilainya cukup ekonomis karena tinggal mengembangkan jalur yang sudah ada, termasuk membenahi hambatan perjalanan seperti pelintasan tanpa palang pintu.
"Bila dihitung dengan pembuatan jalur bawah tanah (underpass) untuk mengurangi pelintasan, saya kira investasinya maksimal sekitar Rp15 triliun," Ujar Agus
.
Angka itu di bawah proyeksi investasi dari media asal Jepang, Nikkei, yang menyebut kisaran US$ 1,81 miliar (Rp24,43 triliun) dan hanya sekitar 22% dari nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dipatok US$5,1 miliar atau sekitar Rp68,8 triliun.
.
Angka itu di bawah proyeksi investasi dari media asal Jepang, Nikkei, yang menyebut kisaran US$ 1,81 miliar (Rp24,43 triliun) dan hanya sekitar 22% dari nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dipatok US$5,1 miliar atau sekitar Rp68,8 triliun.
"Bila pembenahan pelintasan itu melibatkan pemerintah daerah, nilainya bisa Rp10 triliun," urainya.
Namun, Agus mengingatkan pemerintah untuk konsisten mengembangkan infrastruktur serupa di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
"Pengelolaannya juga harus memberi porsi maksimal untuk PT KAI (persero) dan BUMN lain dalam konsorsium yang akan dibentuk bila kerja sama dengan Jepang itu terwujud," tuturnya.
Selain itu, pemerintah harus memastikan adanya transfer keahlian dan teknologi kepada badan usaha milik negara (BUMN) yang terlibat dalam konsorsium proyek tersebut. "Nantinya itu bisa menjadi bekal untuk pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur perkeretaapian nasional," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono mengaku belum ada perintah dari Presiden Joko Widodo terkait dengan revitalisasi kereta yang akan ditingkatkan kecepatannya dari 80 kilometer per jam menjadi 150 kilometer per jam tersebut.
Karena itu, pihaknya juga belum menyerahkan dokumen rencana revitalisasi tersebut ke pihak Jepang.
"Namun, bila Jepang memberi pembiayaan untuk revitaliasi lintasan itu, semoga cepat direalisasikan," ujarnya .
Menurut Prasetyo, awalnya pemerintah menawarkan pembiayaan trans-Sumatra dan Sulawesi kepada ‘Negeri Sakura’. Namun, pihak Jepang lebih memilih untuk meningkatkan laju kereta lintas utara Jawa karena dinilai bisa menonjolkan unsur kecanggihan teknologi yang mereka miliki.
Di sisi lain, Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Hemi Pramuraharjo menyebut proyek tersebut juga telah masuk ke proposal revitalisasi jalur ganda (double track) utara Jawa.
Jepang dipilih karena memiliki teknologi khusus untuk kereta berkecepatan sedang dengan menaikkan lebar rel dari saat ini di kisaran 1.067 milimeter.
"Saat ini kecepatan kereta lintas utara Jawa masih di bawah 100 kilometer per jam. Dengan begitu, waktu tempuh kereta Jakarta-Surabaya yang jaraknya sekitar 750 kilometer bisa mencapai 12 jam," tandas Hemi.
Di Dulung Oleh : Railfans Kebayoran Community
Tidak ada komentar:
Posting Komentar